Oleh: Umar Abu Hudzaifah al-Atsary
Alhamdulillah washolatu wassalamu ala Rasulillah, Amma Ba’du
Ada yang bertanya, betulkah “Laa Ilaaha illallah” memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi dan jika syarat-syarat tersebut tidak perlu memenuhi maka seseorang tidak mendapatkan kunci surga ?
Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa kalimat tauhid “Laa ilaaha illallah” adalah kalimat yang paling agung dan paling bermanfaat adalah Ia adalah sebuah ikatan yang kuat dan ia juga merupakan kalimat taqwa. Ia juga merupakan rukun agama dan cabang keimanan yang paling utama. Ia juga merupakan jalan kesuksesan meraih surga dan keselamatan dari api neraka.
Karena kalimat inilah, Allah menciptakan para makhluk dan menurunkan Al Kitab serta mengutus para Rasul. Ia juga merupakan kalimat syahadat dan kunci dari pintu kebahagiaan. Ia juga merupakan landasan dan pondasi agama dan pokok semua urusan.
Wahab bin Munabbih ditanya, “bukanlah kunci surga itu adalah Laa ilaaha illallah?”, ia menjawab:
بلى ؛ ولكن ما من مفتاح إلا له أسنان ، فإن أتيت بمفتاح له أسنان فُتح لك ، وإلا لم يُفتح لك ” ، يشير بالأسنان إلى شروط «لا إله إلا الله» الواجب التزامها على كل مكلف
“iya benar, namun setiap kunci itu pasti ada giginya. Jika engkau datang membawa kunci yang memiliki gigi, maka akan terbuka. Namun jika tidak ada giginya, maka tidak akan terbuka“.
Beliau mengisyaratkan gigi dari kunci untuk memaksudkan syarat Laa ilaaha illallah yang wajib dipegang teguh oleh setiap muslim.
Berikut ini kita akan sebutkan syarat-syarat laa ilaaha illallaah ada tujuh butir beserta dengan lawannya:
1. Ilmu, lawannya jahil.
2. Yakin, lawannya ragu.
3. Ikhlas, lawannya syirik.
4. Benar, lawannya Dusta.
5. Cinta, lawannya benci dan marah.
6. Taat, lawannya membangkang dan meninggalkan.
7. Menerima, lawannya menolak.
Tujuh butir syarat ini telah digabung oleh sebagian ulama dalam sebuah syair:
علمٌ يقينٌ وإخلاص وصدقك
مع محبة وانقياد والقبول لها
Ilmu, yakin, ikhlas dan pembenaranmu
Disertai cinta, taat, dan merima.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwasanya Rasulullah bersabda:
قَالَ مُوسَى : يَا رَبِّ، عَلِّمْنِي شَيْئًا أَذْكُرُكَ وَأَدْعُوكَ بِهِ. قَالَ: قُلْ يَا مُوسَى: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ. قَالَ: يَا رَبِّ، كُلُّ عِبَادِكَ يَقُولُوْنَ هَذَا. قَالَ : يَا مُوسَى، لَوْ أَنَّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعَ وَعَامِرَهُنَّ . غَيْرِي وَالْأَرْضِينَ السَّبْعَ فِي كِفَةٍ وَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فِي كِفَةٍ مَالَتْ بِهِنَّ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
“Musa berkata, “Ya Rabb, ajarkanlah aku sesuatu yang dengannya aku akan menyebut-Mu dan memohon kepada-Mu. Allah berfirman; Katakan, wahai Musa: Laa ilaaha illallaah. Musa kembali berkata: Ya Tuhanku, semua hamba-Mu mengucapkan kalimat ini. Allah berfirman: Wahai Musa, jika langit yang tujuh beserta isinya-selain Aku-serta bumi yang tujuh diletakkan pada daun timbangan dan laa ilaaha illallaah pada daun timbangan yang lain, niscaya laa ilaaha illallaah akan lebih berat.” (HR. Ibnu Hibban dan Al-Hakim, dan Al-Hakim menilai hadits ini sebagai hadits shahih)
Semoga Allah memberikan Taufik kepada kita bersama
Ma’had Ibnu Mas’ud Kampar
16 Rajab 1446 H/ 16 Januari 2025
Disadur dari Kitab:
الجامع الفريد للأسئلة والأجوبة على كتاب التوحيد
Al-Jami’ul Farid, Lil As’ilah wal Ajwibah ‘ala Kitabit Tauhid
(Karya Syaikh Abdullah bin Jaarullah Al-Jarullah)
Dan disertai penambahan dari penulis
Tinggalkan Balasan