Oleh: Umar Abu Hudzaifah al-Atsary
Alhamdulillah washolatu wassalamu ala Rasulillah, Amma Ba’du
Kesyirikan adalah merupakan dosa yang terbesar, tidak ada satu orang Nabi-pun kecuali memperingatkan umatnya dari perbuatan ghuluw yang akan mengantarkan kepada kesyirikan.
Dan tidak ada satu orang Nabi-pun kecuali mereka memerintahkan agar memurnikan tauhid, menyembah hanya kepada Allah dan menjauhkan diri dari segala penyembahan kepada selain Allah dan membuat tandingan-tandingan untuk Allah.
Allah berfirman menyebutkan tentang besarnya dosa syirik dan tidak akan diampuninya para pelaku kesyirikan (terutama pelaku syirik besar):
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yaitu selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisa’: 48)
Dalam ayat ini Allah mengabarkan bahwa sesungguhnya Dia tidak akan meng-ampuni hamba-Nya yang datang kepada-Nya dalam keadaan musyrik. Dan Dia akan mengampuni dosa-dosa selain syirik, bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya.
Intisari dari ayat ini ialah bahwa syirik merupakan dosa yang paling besar (peringkat pertama). Karena Allah mengabarkan bahwa Dia tidak akan mengampuni dosa ini bagi yang belum bertaubat darinya, sedang-kan dosa-dosa lainnya bergantung pada kehendak Allah: apabila Allah berkehendak maka Dia akan memberikan ampunan-Nya bagi orang yang datang kepadanya dengan dosa-dosa tersebut. Dan, jika Dia berkehendak, Dia akan menyiksanya disebabkan dosa-dosa itu.
Oleh sebab itu, seorang hamba Allah harus sangat takut dari syirik, karena demikian itu bahayanya di sisi Allah.
Dan ayat ini datang untuk memberikan rasa takut dan peringatan terhadap syirik. Juga menjelaskan, bahwa Allah tidak akan mengampuni maksiat jenis ini. Al Khalil (Nabi Ibrahim) berkata:
وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ
“Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” (QS. Ibrahim: 35)
Al-khalil ialah orang yang hatinya diselimuti rasa cinta dan siap ber-korban demi cinta tersebut. Akar kata dari kata al-khalil ini ialah kata al-khullah yang berarti ketulusan cinta.
Al-ashnam merupakan bentuk jamak (plural) dari kata shanam yaitu sesuatu yang dipahat dalam bentuk tertentu dan disembah sebagai sesembahan selain Allah. Sebagian kalangan berpendapat bahwa al-ashnam meliputi semua yang disembah selain Allah walaupun tidak dipahat dalam bentuk tertentu.
Maksud ayat ini adalah hindarilah aku dan anak cucuku dari perbuatan menyembah berhala dan jauhkanlah jarak antara kami dengannya.
Apabila Khalilurrahman (Nabi Ibrahim) yang menghancurkan berhala dengan tangannya sendiri ini, sangat takut terhadap diri dan keturunannya dari syirik, dengan sebab terfitnah oleh patung-patung, lalu beliau memohon kepada Allah untuk dirinya dan keturunannya agar dipelihara jangan sampai me-nyembahnya, maka semestinya kita lebih takut daripada beliau dikarenakan lemahnya iman kita. Dalam sebuah hadits disebutkan:
أخْوَفُ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشَّرْكُ الأَصْغَرُ، فَسُئِلَ عَنْهُ، فَقَالَ: الرياء
“Sesuatu yang paling aku khawatirkan atas kalian ialah syirik kecil. Beliau ditanya tentang hal itu. Maka beliau bersabda: yaitu riya.” (HR. Ahmad dan selainnya)
Semoga Allah subhanahu Wa Ta’ala menjaga kita di segala bentuk kesyirikan dan dari membuat tanda-tandingan untuk Allah. Semoga Allah menjadikan kita diantara orang-orang yang bisa bertauhid memurnikan segala ibadah hanya untuk-Nya dan menjauhkan kita dari segala bentuk kemaksiatan kepada-Nya.
Allahumma aamin..
Wallahu A’lam bis Showab
Semoga Allah memberikan Taufik kepada kita bersama
Ma’had Ibnu Mas’ud Kampar
24 Rajab 1446 H/ 24 Januari 2025
Disadur dari Kitab:
الجامع الفريد للأسئلة والأجوبة على كتاب التوحيد
Al-Jami’ul Farid, Lil As’ilah wal Ajwibah ‘ala Kitabit Tauhid
(Karya Syaikh Abdullah bin Jaarullah Al-Jarullah)
Dan disertai penambahan dari penulis
Tinggalkan Balasan