JAMINAN SURGA BAGI AHLI TAUHID

JAMINAN SURGA BAGI AHLI TAUHID

Oleh: Umar Abu Hudzaifah al-Atsary

Alhamdulillah washolatu wassalamu ala Rasulillah, Amma Ba’du

Jika seseorang memperhatikan setiap hadits-hadits Nabi yang berbicara tentang tauhid, maka aia akan mendapatkan begitu banyak kemuliaan-kemuliaan dan keistimewaan-keistimewaan yang didapatkan oleh orang-orang yang mereka bertauhid meng-Esakan Allah dan menjauhkan diri dari segala bentuk kesyirikan kesyirikan kepada Allah).

Pada kesempatan kali ini kita akan menjelaskan salah satu hadits yang menyebutkan tentang keistimewaan bagi ahli tauhid dan jaminan yang akan mereka dapatkan dengan ketauhidan mereka.

Dari ‘Ubadah bin Shamit berkata: Rasulullah bersabda:

مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ

Barangsiapa yang bersaksi bahwa tidak ada Sembahan (yang ber- hak disembah dengan benar) kecuali Allah, tidak ada sekutu bagi- Nya, dan Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, Isa adalah hamba Allah dan utusan-Nya serta kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam dan ruh daripada-Nya, surga itu benar, dan neraka itu benar, Allah akan memasukkannya ke dalam surga menurut amal yang ia lakukan. (HR.  Al-Bukhari dan Muslim).

Kandungan Hadits:                              

Para pembaca sekalian, mari kita sama-sama renungi kalimat demi kalimat yang terdapat dalam hadits ini.

Man syahida an laa ilaha illallah”; Barangsiapa yang mengucapkan kalimat (syahadat) tersebut dengan mengetahui maknanya dan meng- amalkan tuntutannya secara zhahir atau bathin.

Kata “syahida”; menunjukkan bahwa kesaksian itu tidak sah kecuali dengan ilmu, yakin, ikhlas, dan percaya.

Laa ilaaha illallaah”; artinya tidak ada sembahan yang haq (benar) kecuali Allah.

Wahdahu”; (hanya Allah saja) merupakan kata yang ber- fungsi untuk mempertegas kembali (lil itsbat).

Dan kalimat “La syarika lahu”; (tiada sekutu bagi-Nya) berfungsi sebagai peniadaan bagi yang lain (linnafyi).

Sedangkan mengucapkan kalimat syahadat tanpa mengetahui maknanya, tanpa adanya keyakinan dan tidak ada kemauan untuk mengamalkan tuntutan-tuntutan syahadat tersebut berupa al-bara (berlepas diri) dari segala bentuk perbuatan syirik dan mengikhlaskanperkataan dan perbuatan hanya untuk Allah, maka syahadat yang demikian tidak memiliki manfaat.

Wa anna muhammadan ‘abduhu wa rasuluhu”; (dan Muhammad adalah hamba dan utusan Allah).

Apa tuntutan dari syahadat ini ?

Tuntutan dari syahadat ini adalah mengimani dan mem benarkan semua yang beliau kabarkan, menaati semua yang beliau perintahkan, dan meninggalkan semua larangan beliau. Beliau adalah hamba, karenanya, beliau tidak boleh disembah. Beliau adalah rasul (utusan), karenanya beliau tidak boleh didustakan, akan tetapi harus ditaati dan diikuti.

Wa anna ‘Isa ‘abdullahi wa rasulihi”; (Isa adalah hamba Allah dan utusan-Nya)

Artinya, bersaksi bahwa Isa adalah hamba Allah dan rasul-Nya. Ini ditujukan kepada orang Nashrani yang berkeyakinan bahwa Isa adalah Allah, Anak Allah, atau salah satu dari Trinitas. Mahatinggi Allah dari semua yang mereka katakan. Ini juga ditujukan kepada orang-orang Yahudi yang berkata bahwa Isa adalah Anak Zina. Semoga Allah me laknat mereka. Tidak sah Islam seseorang yang mengetahui apa yang mereka katakan sehingga ia berlepas diri dari perkataan dua kelompok di atas terhadap Isa

Wa kalimatuhu alqaha ila Maryam wa ruhun minhu”; (serta kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam dan ruh daripada-Nya)

Dan ada pertanyaan disini, mengapa Nabi Isa disebut sebagai kalimatuhu (kalimat-Nya) ?

Isa disebut sebagai Kalimatullah, karena penciptaannya hanya dengan perkataan Allah: Kun! (Jadilah!) Maka jadilah ia. Sedangkan yang dimaksud dengan alqahaa ila Maryam (kalimat-Nya yang di- sampaikan kepada Maryam) adalah bahwa Allah menciptakannya dengan kalimat yang disampaikan kepada Maryam melalui Malaikat Jibril. Setelah Jibril mendapat perintah dari Allah, ia meniupkan ruh kepada Maryam. Dan maksud dari kalimat “Wa ruuhun minhu” ialah, ruh dari ruh-ruh ciptaan Allah.

Dan arti sabda Rasulullah, “Wal jannatu haqqun, wannaru haqqun” (Surga itu benar dan neraka itu benar). Artinya ialah bersaksi bahwa surga yang dikabarkan oleh Allah di dalam Al-Qur’an merupakan tempat yang disediakan untuk orang- orang bertakwa adalah memang benar adanya dan tidak ada keraguan padanya. Begitu pula dengan neraka yang dikabarkan oleh Allah di dalam Al-Qur’an yang Dia sediakan untuk orang-orang kafir adalah benar adanya. Tidak ada keraguan padanya.

Kemudian sabda Rasulullah, “Adkhalahullahul jannata ‘ala ma kana minal ‘amal” (Allah akan memasukkannya ke dalam surga menurut amal yang mereka lakukan); Artinya adalah bahwa masuknya ke dalam surga orang yang bersaksi atas kebenaran lima perkara yang disebut dalam hadits ini adalah benar. Menurut perbuatan yang telah dilakukannya, yang baik dan buruk. Karena orang yang memiliki tauhid (ahlut tauhid) pasti masuk surga, hanya saja sesuai amal perbuatannya. Di antara mereka ada yang me- nempati derajat yang tinggi, ada juga yang lebih rendah derajatnya.

Dan tentunya ada hubungan yang sangat erat antara hadits ‘Ubadah ini dengan pembahasan Tauhid, bahwa siapa saja yang bersaksi atas kebenaran lima perkara yang disebutkan di dalam hadits ‘Ubadah ini, dengan berlandaskan ilmu dan keyakinan, dosa-dosanya akan diampuni dan ia akan masuk ke dalam surga. Dan, ini adalah keistimewaan tauhid.

Adapun maksud sabda Rasulullah pada hadits ‘Itban;

فَإِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ

Sesungguhnya Allah mengharamkan siksa neraka bagi orang yang mengucapkan: Laa ilaaha illallaah (Tidak ada Sembahan (yang ber hak disembah dengan benar) kecuali Allah), yang mengharapkan wajah Allah.

Maksud dari hadits di atas, Rasulullah memberitahukan bahwa Allah mencegah untuk masuk ke dalam neraka bagi orang yang meng- ucapkan kalimat tersebut dengan maksud mengharap Wajah Allah dan ridha-Nya.

Intisari yang dapat diambil dari hadits di atas adalah berupa keistimewaan tauhid dan bahwa ia menghapuskan dosa-dosa. Selain itu, hadits ini merupakan penegas adanya sifat Wajah bagi Allah yang sesuai dengan Keperkasaan dan Keagungan-Nya.

Sedangkan hubungan hadits ini dengan pembahasan kita saat ini ialah bahwasanya orang yang mentauhidkan Allah dengan perkataan (qaulan), keyakinan (i’tiqadan) dan perbuatan (‘amalan), Allah mengharamkan baginya masuk neraka. Hal ini adalah termasuk dan keistimewaan tauhid. Dan sesungguhnya Allah mengharamkan siksa neraka bagi orang yang berkata: Laa ilaaha illallah dengan mengharap wajah Allah.

Demikian ulasan singkat tentang jaminan bagi ahli tauhid. Semoga Allah memberikan Taufik kepada kita bersama

Ma’had Ibnu Mas’ud Kampar

16 Rajab 1446 H/ 16 Januari 2025

Disadur dari Kitab:

الجامع الفريد للأسئلة والأجوبة على كتاب التوحيد

Al-Jami’ul Farid, Lil As’ilah wal Ajwibah ‘ala Kitabit Tauhid

(Karya Syaikh Abdullah bin Jaarullah Al-Jarullah)

Tags

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

About Author

Sunnahstori

Media Dakwah Sunnah yang memberikan artikel-artikel dari Aqidah dan Manhaj, Fiqih Ibadah, Renungan Nasehat dan lainnya. Kunjungi juga sosial media kami yang lain.

Latest Posts

Follow Us On Social Media